ANALISIS
SUBSISTEM PERSAWAHAN
A. Pendahuluan
1.
Latar Belakang
Agroekosistem
adalah ilmu yang mempelajari mengenai hubunagan timbale balik antra faktor
biotik dan abiotik dalam lingkunngan pertanian untuk mendapatkan produksi yang
maksimum. Secara teoritis kita semua tahu tentang pengertian agroekosistem,
namun kita belum mengetahui bagaimana hubungan antara subsistem dalam
agroekosistem, hal ini lah yang mendasari dilaksanakannya kuliah lapang pada
beberapa lokasi itu.
Selain itu kita
kadang kurang mengetahui jenis-jenis tanaman yang berguna bagi kemaslahatan
umat manusia. Jadi kuliah lapang ini juga diadakan agar mahasiswa dapat
menambah pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman dan bagimana keadaan yang
cocok untuk tanaman tersebut.
Kebanyakan
pertanian yang kita miliki sekarang ini merupakan pertanian dengan sistem
terbuka artinya memebutuhkan input dari luar untuk menunjang ke eksisannya yang
biasanya inputnya bahan kimia, jadi dapat disimpulkan bahwa pertanian kita selama
ini tidak sehat dan tidak ramah lingkungan yang dapat berdampak pada konsumen
dan lingkungan dari tumbuhan tersebut. Jadi
dari pengetahuan yang didapat dari kuliah lapang ini kesadaran akan pentingnya pertanian yang berwawasan lingkungan akan semakin tinggi.
dari pengetahuan yang didapat dari kuliah lapang ini kesadaran akan pentingnya pertanian yang berwawasan lingkungan akan semakin tinggi.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan Praktikum Analisis Subsistem
Persawahan adalah :
a.
Memperkenalkan mahasiswa dengan berbagai tipe
penggunaan lahan untuk kepentingan produksi pertanian.
b.
Meningkatkan pemahaman tentang perlunya pengelolaam
setiap subsistem dengan memperhitungkan kaidah-kaidah linkungan.
c. Meningkatkan
kecerdasan mahasiswa dengan kesadaran dan pikiran logis dari apa yang mereka
lihat di lapangan dengan teori kajian yang selama ini diperoleh dari kelas saat
tatap muka.
B. Tinjauan Pustaka
Lapangan produksi
ada bermacam – macam antara lain adalah lahan terbuka yang terdiri dari
beberapa sub rgani anatara lain sawah, tegalan, kebun buah, kebun sayur. Sawah
sendiri terdiri dari beberapa macam, antara lain adalahsawah berpengairan
teknis, setengah teknis dan tadah hujan. Perbedaan antara sawah dan tegalan
adalah; di lokasi sawah, terdapat pematang namun pada tegalan tidak ditemukan
pematang (Supriyono 2002).
Air pengairan
diberikan dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan, evapotranspirasi,
perkolasi, dan kehilangan pada saluran. Apabila lahan pertanian berada dalam
kondisi yang cukup air, maka efisiensi penggunaan air akan meningkat dan akn
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani (Kurnia 2004).
Usahatani padi di lahan sawah
pasang surut memerlukan teknik budi daya tersendiri, karena keadaan tanah dan
lingkungannya tidak serupa dengan lahan sawah irigasi. Kesalahan budi daya
dapat menyebabkan gagalnya panen dan dapat pula merusak tanah dan
lingkungan.Berdasarkan tipe luapan air, padi sawah dapat dibudidayakan pada
lahan bertipe luapan air A, B, atau C yang telah menjadi sawah tadah hujan.
Lahan yang bertipe luapan air A adalah lahan yang selalu terluapi air, baik
pada saat pasang besar maupun kecil. Tipe B hanya terluapi air pada saat pasang
besar saja. Sedangkan lahan tipe C lahan tidak terluapi air pasang, namun air
tanahnya dangkal. Lahan pasang surut juga dapat ditanami padi gogo, tetapi
teknik budi dayanya berbeda dengan padi sawah (Mamud 2009).
Bertanam padi sawah tanpa olah
tanah (TOT) merupakan alternatif teknologi baru. Sistem ini dapat menghemat air
lebih dari 30%, tenaga kerja, dan biaya pengolahan tanah. Produksinya tidak
berbeda dengan sistem penanaman bisaa (Muhajir 2008).
Padi sawah tidak hanya
memberikan respon yang lebih baik pada kondisi aerob dibandingkan dengan
anaerob, namun sekaligus pada kondisi aerob dapat meningkatkan
produktivitasnya. Pemberian bahan organik, khususnya dari kotoran sapi ke lahan
sawah sebaiknya pada kondisi aerob (tidak tergenang). Teknik budidaya padi
sawah secara aerobik di samping meningkatkan produktivitasnya, sekaligus
meningkatkan efisiensi penggunaan air dan produktivitas air
(Sumardi 2007).
C. Metode Praktikum
1.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
Agroekologi mengenai Analisis Subsistem persawahan ini dilaksanakan pada
hari Sabtu tanggal 4 Mei 2013 pukul 11.30
s/d 12.00 di area persawahan Karanganyar.
2.
Alat dan Bahan
a.
Alat
1)
Boardlist
2)
Alat Tulis
3)
Lux Meter
4)
Thermometer
5)
Hygrometer
b.
Bahan
Tanaman Padi di area persawahan
3.
Cara Kerja
a.
Menentukan Lokasi Pengamatan.
b.
Melakukan pengamatan dan pengukuran tehadap Kelembaban
tanah, kelembaban udara, Ph tanah, Intensitas cahaya dan suhu udara.
c. Menentukan
Denah pola tanam dan cara pengelolaan lahan.
D.
Hasil Pengamatan dan Pembahasan
1.
Hasil Pengamatan
No.
|
Deskripsi
|
Keterangan
|
1.
|
Alamat
|
Karanganyar
|
2.
|
Kemiringan
lereng
|
3%
(hampir datar)
|
3.
|
Luas
|
3
ha
|
4.
|
Longitude
|
110o
59’ 10,3” BT
|
5.
|
Latitude
|
07°36’
35,8” LS
|
6.
|
Letak
dan tinggi tempat
|
244
mdpl
|
7.
|
Kelembaban
Tanah
|
100
%
|
8.
|
Kelembaban
udara
|
45
%
|
9.
|
pH
|
7
|
10
|
Intensitas
cahaya
|
36.500
lux
|
11.
|
Pola
tanaman
|
Monokultur
|
12.
|
Input
|
Pupuk : Urea, ZA
Bibit
padi : IR64
Pestisida: untuk memberantas hama
Irigasi seminggu sekali
|
12.
|
Output
|
Gabah
dan jerami (untuk kompos dan pakan ternak)
|
13
14.
15.
16.
17.
|
Pengolahan
tanah
Hara
Jarak
tanam
Batas-batas
Vegetasi
|
Menggunakan
traktor
Terbuka
20-25
cm
Utara : Jalan Raya
Barat : POM Bensin
Timur : Perumahan
Selatan : Perumahan
Padi,
Pohon Jati
|
Sumber: laporan sementara
2. Pembahasan
Pada
subsistem sawah yang telah diteliti pada daerah Karanganyar.
Diperoleh letak astronomis 110059’10,3” BT 07036’35,8” LS. Ketinggian tempat adalah 244 meter m dpl dengan kemiringan lahan 3 %. Topografinya datar, pH tanah sekitar 7 dengan
kelembaban tanah 100% dan kelembapan udara 45%. Luas daerah sekitar 3 hektar.
Intensitas cahaya sekitar 36.500 lux.
Pola
tanam pada sawah, hasil pengamatan yaitu secara monokultur. Jenis tanaman yang
diusahakannya yaitu padi jenis IR 64. Tanah dikelola menggunakan
peralatan-peralatan seperti cangkul, traktor, sabit. Input tanaman berasal dari
berbagai macam. Pupuk berasal dari urea, ZA, phonska dan pupuk organik. Pengairan menggunakan sistem irigasi yang
menggunakan bahan dan alat yang sederhana yang bersumber dari mata air sungai
dan waduk serta pengairan ini juga mengandalkan curah hujan. Benih berasal dari
hasil panen sebelumnya yang disemai dan diseleksi terlebih dahulu. Penggunaan
pupuk anorganik lebih dominan jika dibandingkan dengan pupuk organiknya. Hal
ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk anorganik lebih
mahal daripada pupuk organik. Sehingga tanah di daerah ini semakin rawan
terkena hama penyakit.
Output
padi
di panen sekitar 3 kali dalam setahun. Hasil yang diperoleh dari sawah tersebutt mencapai
kurang lebih 2,680 ton/ha dalam bentuk gabah. Sisa tanamannya digunakan
masyarakat untuk pakan ternak dan untuk pupuk kompos.
Meskipun begitu, Sawah tersebut mempunyai siklus hara terbuka karena memiliki jumlah
kehilangan hara yang besar. Sedangkan pemberian pupuk, pestisida dan
pengairannya berasal dari irigasi.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum Analisis Subsistem Persawahan dapat disimpulkan
bahwa :
a. Sawah ditanam di lokasi yang cenderung datar dengan pH
netral dan kelembaban tanah yang tinggi.
b. Pola tanam sawah teratur dengan jarak tanam 15 s/d 20
cm.
c. Sawah ditanami padi sebanyak lebih kurang 3 kali
setahun.
d. Selain padi yang diperoleh dari sawah adalah jerami
digunakan untuk kompos dan pakan ternak.
2. Saran
Saran untuk Praktikum Analisis Subsistem Prsawahan ini adalah kepada
praktikan agar serius dalam mengikuti rangkaian praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Kurnia, Undang. 2004. Prospek pengairan pertanian
tanaman semusim lahan kering.
Balai penelitian tanah.
Mamud 2009. Budi Daya Padi Sawah di Lahan Pasang Surut. http://www.mamud.com/Docs/budi_daya_padi_sawah.pdf.
Diakses tanggal 24 April 2013.
Muhajir 2008. Bertanam Padi Sawah
Tanpa Olah Tanah. Kanisius. Jakarta.
Sumardi 2007. Jurnal Respon Padi Sawah pada Teknik Budidaya Secara Aerobik dan Pemberian Bahan Organik. Bengkulu. Vol. 10 No. 1.
Supriono 2002. Pengantar Ilmu Pertanian. UNS.
Surakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar