I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanaman hias
merupakan salah satu produk pertanian yang memiliki
nilai ekonomi yang cukup tinggi di Indonesia. Penghobi tanaman hias semakin hari semakin bertambah seiring dengan
perkembangan tanaman hias. Hal ini tentu
sangat baik bagi petani terutama petani tanaman hias karena dengan meningkatnya
peminat tanaman hias produk mereka akan laku di pasaran.
Tanaman hias
memiliki banyak manfaat, tentu selain sebagai hiasan juga bagi beberapa
orang jenis tanaman hias tertentu dipercaya mampu membawa keberuntungan dan
digunakan sebagai bunga tabur untuk acara tertentu. Tanaman
hias dapat dinikmati dari keindahan bunga, daun, dan bentuknya. Tanaman hias pada umumnya digolongkan menjadi 2 jenis yaitu tanaman hias
indoor dan outdoor. Tanaman hias indoor adalah tanaman yang biasanya mampu
bertahan cukup lama dalam pencahayaan yang minim dan berukuran kecil sedangkan
tanaman hias outdoor adalah tanaman yang butuh banyak pencahayaan dan berukuran
besar.
Tanaman hias yang sampai saat ini masih diminati para penghobi dan memiliki
nilai ekonomi tinggi adalah krisan dan mawar. Krisan banyak digunakan selain
sebagai penghias kebun juga sebagai bunga potong untuk hiasan ruangan karena
memiliki warna yang menarik dan bervariasi serta mampu bertahan cukup lama.
Sedangkan mawar juga digunakan untuk hiasan di ruangan sebagai bunga potong dan
untuk hiasan di halaman rumah karena warnanya yang bagus. Oleh karena itu
praktikum lapang in dilakukan agar dapat mengetahui teknik budidaya tanaman
krisan daan mawar serta cara pemasaran tanaman bunga tersebut.
B. Tujuan
Praktikum
tanaman hias ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai yakni
1.
Memberikan bekal kepada mahasiswa dalam
pengenalan tanaman hias salah satunya Krisan dan Mawar.
2.
Memberikan ketrampilan mahasiswa dalam
budidaya tanaman Krisan dan Mawar yang dilakukan secara langsung dikebun
petani.
3.
Mahasiswa mengetahui beberapa jenis
tanaman hias yang memiliki prospek yang bagus di masyarakat.
4.
Mengetahui analisis pasar tanaman hias
yakni Krisan dan Mawar.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Krisan (Chrysanthemum sp.)
Krisan
merupakan tanaman bunga hias berupa perdu dengan sebutan lain Seruni atau Bunga
emas (Golden Flower) berasal dari
dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan Chrysanthenum indicum (kuning), C. Morifolium (ungu dan pink) dan C. daisy (bulat, ponpon). Di Jepang abad
ke-4 mulai membudidayakan krisan, dan tahun 797 bunga krisan dijadikan sebagai
simbol kekaisaran Jepang dengan sebutan Queen
of The East (Wediyanto 2007).
Krisan
merupakan tanaman bunga berupa perdu dengan sebutan lain seruni, bunga emas (golden flower) atau chysanthemum berasal
dari dataran Cina. Krisan kuning berasal dari dataran Cina, dikenal dengan C. indicum (kuning), C. morifolium (ungu dan pink) dan C daisy (bulat pompong). Bunga krisan (Chrysanthymum morifolium) sebagai bunga potong sangat disenangi
konsumen di Indonesia, karena keindahannya dan termasuk salah satu komoditi
utama tanaman hias disamping mawar, anggrek dan gladiol, keragaman bentuk,
warna dan mudah dirangkai serta memiliki kesegaran bunga cukup lama, bisa
bertahan sampai 3 minggu. Diantara tanaman hias yang telah memiliki nilai
komersial yaitu bunga mawar dan krisan, sehingga dikategorikan sebagai
komoditas unggulan (Budiarto 2006).
Bunga
krisan digolongkan dalam dua jenis yaitu jenis spray dan standard. Krisan jenis
spray dalam satu tangkai bunga terdapat 10 — 20 kuntum bunga berukuran kecil.
Sedangkan jenis standar pada satu tangkai bunga hanya terdapat satu kuntum
bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang biasa dibudidayakan sebagai
bunga berukuran besar. Bentuk bunga krisan yang bisa dibudidayakan sebagai
bunga potong adalah Tunggal, Anemone, Pompon, Dekoratif, Bunga besar. Bunga
krisan tunggal berukuran besar, bentuknya cukup besar, dan bersusun dengan
bunga pitanya. Sifatnya beragam serta warnanya pun beragam. Tipe bunga krisan
yang hingga saat ini yang masih dibudidayakan ada lima tipe, yaitu helaian
bunganya melengkung kedalam (incured),
helaian bunganya melengkung keluar (recurved),
helaian berbentuk pipa atau corong, helaiannya berbulu, dan helaian bunganya
bergigi (Widiastuti 2004).
Bunga krisan (Chrysanthemum
morifolium) merupakan salah satu
spesies yang sangat
populer dan tumbuh
sebagai tanaman penghias dan
sebagai bunga pot
atau bunga potong.
Misalnya, untuk suatu
acara yang penting, rangkaian bunga potong menjadi salah satu pilihan
untuk dekorasi dan memang sangat dibutuhkan. Contoh lainnya yaitu hampir setiap
hari permintaan akan bunga potong datang
dari hotel –
hotel, restoran, dan
sebagainya. Produk yang dipasarkan oleh
toko bunga pun
ada yang dijual
per tangkai dan
ada yang sudah dirangkaikan dalam satu paket (dalam
bentuk buket/rangkaian bunga dalam pot yang dikemas apik, dan papan ucapan)
(Riyan 2013).
Cahaya
berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman krisan, khususnya pada
tahap pembungaan. Dari unsur cahaya itu sendiri ada tiga hal yang perlu
diperhatikan, yaitu intensitas, kualitas, dan lama pencahayaannya. Intensitas
cahaya dihitung dengan satuan lux. Tanaman krisan memerlukan intensitas cahaya
pada siang hari sebesar 32.000 lux untuk pertumbuhan yang optimal (Effendi et all. 2003).
Varietas
dengan berbagai karakteristik yang beredar di pasaran ratusan jumlahnya, denga
adanay program pemuliaan tanaman yang semakin maju, varietas akan semakin
bertambah. Varietas krisan terdiri dari dua tipe utama yaitu tipe standart (single) dan tipe bercabang (spray). Dari tipe tersebut, tanaman
krisan dapat dikelompokkan menjadi enam golongan yaitu tanaman berbunga spider,
pompon, anemone, incurved, aster, dan dekoratif
(Sudaryanto 2006).
Krisan
sebagai bunga potong, dibudidayakan dengan dua cara sesuai dengan permintaan
pasar yaitu tipe standar dan tipe spray. Tipe standar (Disbudded inflorescens) hanya memiliki satu tunas bunga yaitu tunas
terminal yang dipelihara pada satu batang. Tunas bunga lateral dibuang sehingga
dihasilkan satu bunga dengan ukuran besar. Tipe spray (Spray inflorescens) merupakan tipe dengan seluruh tunas bunga
lateral dibiarkan berkembang, tetapi bunga yang pertama berkembang dibuang agar
lebih banyak tunas lateral yang tumbuh dan berukuran kecil. Bunga krisan
terdiri dari dari beberapa varietas di antaranya White Fiji, Yellow Fiji,
Holday, Alouis, Astro, Snowdon White, Cassandra, dan Pingpong. Bunga krisan
spray terdiri dari varietas Puma,Yellow Puma, White Regent, Town talk, Heidi
Yellow, Heidi White, Zroland, Pompon, Soraya, Wendi, Caymano, dan Casablanca (Kofranek 2003).
Krisan
dapat diperbanyak dengan biji, stek, pemisahan anakan dan kultur jaringan;
tetapi perbanyakan dengan stek lebih sering dilakukan. Stek krisan diambil dari
induk tanaman yang diberikan perlakuan sepanjang hari panjang terus menerus,
lebih baik dalam perumbuhannya dibandingkan dengan anakan yang distek atau ditanam
langsung (Rukmana 2002).
B.
Mawar (Rosa sp)
Mawar
merupakan tanaman bunga hias berupa herba dengan batang berduri. Mawar yang
dikenal nama bunga ros atau "Ratu Bunga" merupakan simbol atau
lambang kehidupan religi dalam peradaban manusia. Mawar berasal dari dataran
Cina, Timur Tengah dan Eropa Timur. Dalam perkembangannya, menyebar luas di
daerah-daerah beriklim dingin (sub-tropis) dan panas (Saragih 2000).
Mawar jenis
hibrida saat ini telah berkembang. Di Indonesia berkembang aneka jenis
mawar hibrida yang berasal dari Holand (Belanda). Mawar yang banyak peminatnya
adalah tipe Hybrid Tea dan Medium, memiliki variasi warna bunga cukup banyak,
mulai putih sampai merah padam dan tingkat produktivitas tinggi: 120-280 kuntum
bunga/m2 /tahun (Lingga 2007).
Varietas-varietas
mawar hibrida (Hybrid Tea) yang telah ditanam di Indonesia oleh PT. Perkebunan
Mangkurajo adalah: Coctail, Diplomat, Idole, Jacaranda, Laminuette, Osiana,
Pareo, Samorai, Sonate de Meilland, Sonia, Sweet Sonia, Tineke, Vivaldi, White
Success dan Yonina. Sedangkan mawar tipe Medium antara lain adalah Golden
Times, Jaguar, Sissel, Laser, dan Kiss. Kelebihan varietas mawar hibrida adalah
tahan lama dan warna-warninya menarik. Mawar tipe Hybrid Tea bertangkai bunga
80-120 cm, tipe Medium 40-60 cm. Beberapa
varietas mawar introduksi yang dianjurkan didataran rendah: Cemelot, Frad
Winds, Mr. Lincoln, dan Golden Lustee sebagai mawar bunga potong. Sedangkan
varietas Folk Song, Khatherina Zeimet, Woborn Abbey dan Cimacan Salem untuk
tanaman taman
(Lie 2007).
(Lie 2007).
Curah hujan
bagi pertumbuhan bunga mawar yang baik adalah 1500-3000 mm/tahun. Memerlukan
sinar matahari 5-6 jam per hari. Di daerah cukup sinar matahari, mawar akan
rajin dan lebih cepat berbunga serta berbatang kokoh. Sinar matahari pagi lebih
baik dari pada sinar matahari sore, yang menyebabkan pengeringan tanaman. Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas
terhadap lingkungan tumbuh, dapat ditanam di daerah beriklim dingin/sub-tropis
maupun di daerah panas/tropis. Suhu udara sejuk 18-26 derajat C dan kelembaban
70-80 % (Rahardi 2000).
Penanaman
dilakukan secara langsung pada tanah secara permanen di kebun atau di dalam
pot. Tanaman mawar cocok pada tanah liat berpasir (kandungan liat 20-30 %),
subur, gembur, banyak bahan organik, aerasi dan drainase baik. Pada tanah latosol, andosol yang memiliki sifat fisik
dan kesuburan tanah yang cukup baik. Derajat
keasaman tanah yang ideal adalah PH=5,5-7,0. Pada tanah asam (pH 5,0) perlu
pengapuran kapur Dolomit, Calcit atupun Zeagro dosis 4-5 ton/hektar. Pemberian kapur bertujuan untuk menaikan pH tanah,
menambah unsur-unsur Ca dan Mg, memperbaiki kehidupan mikroorganisme,
memperbaiki bintil-bintil akar, mengurangi keracunan Fe, Mn, dan Al, serta
menambah ketersediaan unsurunsur P dan Mo. Tanah berpori-pori sangat dibutuhkan
oleh akar mawar
(Saragih 2000)
C. Prospek dan Pemanfaatan Tanaman
Hias Secara Umum
Potensi untuk mengembangkan usaha Tanaman Hias
sangatlah prospek dalam peluang pasar Internasional. Berbagai ragam keindahan
dan keunikan, flora Indonesia mempunyai peluang untuk diberdayakan sebagai
komoditas komersial yang penting dan dapat memberikan kontribusi dalam
peningkatan pendapatan petani tanaman hias dan devisa negara. Beberapa tanaman
menjadi tren tanaman hias dalam beberapa waktu terakhir. Beberapa tanaman yang
menjadi penguasa pasar tanaman
hias di Tanah
Air sekitar 10 tahun
terakhir, seperti Philodendron, Anthorium,
Caladium, Alokasia,
Dieffenbanchia (Hambali 2007).
Indonesia
merupakan wilayah tropis. Hampir seluruh komoditas agribisnis tanaman hias yang
terdapat di dunia dapat dikembangkan di Indonesia. Indonesia juga memiliki
keanekaragaman sumberdaya tanaman florikultura yang cukup besar baik
jenisdataran rendah maupun dataran tinggi. Sumberdaya lahan di Indonesia juga
cukup luas. Hal inilah yang menjadikan prospek tanaman hias di Indonesia masih
bagus (Saragih 2000).
Usaha
budidaya tanaman hias dikenal dengan istilah Floriculture, merupakan salah satu
bidang usaha hortikultura. Hortikultura di Indonesia yang paling berkembang
diantaranya adalah tanaman hias. Prospek tanaman hias di Indonesia masih bagus.
Hal ini dikarenakan tingkat kesadaran masyarakat tentang nilai ekonomi tanaman
hias mulai berkembang
(Larson 2000).
(Larson 2000).
Eufornia
naiknya tahta bunga anthurium jenmani menjadi rajanya bunga. Tahun 2000-an
perkambangan tanaman hias cepat berganti. Berawal dari andenium, aglaounema,
dan sekarang terjadi demam anthurium. Beberapa tanaman lain, seperti euforbia,
philodendron, pchypodium, dan sansivera sempat menjadi tren di dunia tanaman
hias (Dreistadt 2001).
Agribisnis tanaman
hias kian gencar
dikembangkan. Keadaan ini
dapat memberikan peluang bisnis
yang menjanjikan keuntungan
di dalamnya. Tanaman hias
telah memasyarakat mulai
dari masyarakat bawah
sampai menengah ke
atas dimana tujuan pemakaiannya
juga berbeda-beda. Ada
yang hanya sekedar
untuk menghijaukan rumah dan
ada yang bertujuan
untuk menaikkan gensi.
Golongan orang-orang yang mempunyai status ekonomi menengah ke atas
semakin meningkat. Hal ini menjadikan kemampuan
untuk memenuhi kebutuhan
sekunder semakin meningkat pula, menghias rumah dengan tanaman hias
merupakan salah satu hobi masyarakat yang memiliki status ekonomi
menengah ke atas. Dengan demikian, konsumen yang membutuhkan tanaman hias pun semakin meningkat pula. Selain di rumah pribadi,
tanaman hias dapat pula digunakan di
perkantoran, hotel dan sebagainya (Rahardi 2000).
III.
METODOLOGI
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum
tanaman hias ini dilakukan di lahan perkebunan Krisan milik Bapak Sukar dan
dilanjutkan dengan perkebunan Mawar. Praktikum ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, 29 November2014 mulai jam 07.00 – 17.15 WIB yang bertempat di Daerah
Bandungan, Semarang Jawa Tengah.
B. Kegiatan yang Dilakukan
1.
Perkebunan Krisan
Kegiatan
yang dilakukan saat mengunjungi perkebunan krisan milik pak Sukar adalah
mempelajari cara budidaya krisan dan mengamati berbagai jenis varietas krisan
yang berbeda. Kami melakukan wawancara kepada pekerja yang berada di kebun
krisan tersebut mengenai beberapa hal antara lain mengenai teknik budidaya
tanaman krisan yang meliputi persiapan lahan, proses pembibitan tanaman krisan,
penanaman krisan, pemupukan tanaman krisan sampai proses pemanenan dan
pemasaran tanaman krisan.
2.
Perkebunan Mawar
Kegiatan
yang dilakukan saat mengunjungi perkebunan Mawar adalah
mempelajari cara budidaya tanaman mawar dan mengamati lahan yang digunakan. Kami melakukan wawancara serta
mendengarkan penjelasan dari pemilik lahan sekaligus petani mawar tersebut
teknik budidaya tanaman mawar serta cara panen dan pengelolaan pasca panen dan
pemasaran tanaman mawar. Kami juga mengamati secara langsung kondisi lahan
serta kondisi tanaman mawar yang ada di kebun tersebut.
3.
Pasar Tanaman Hias
Kegiatan
yang dilakukan di pasar tanaman hias Bandungan, Semarang adalah melakukan
wawancara kepada para pedagang tanaman hias untuk mengamati jenis-jenis tanaman
hias yang dijual serta harganya, dan prospek tanaman hias secara umum.
IV.
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pegamatan
1.
Krisan
Tanaman
krisan dibudidayakan pada Green House
yang dibuat sendiri oleh pak Sukar dengan menggunakan bambu sebagai tiang dan plastik sebagai
atap. Persiapan lahan dilakukan sebelum penanaman krisan. Tanah dicangkul dan
dipupuk menggunakan pupuk kandang yang ditambah dengan dolomit serta SP36.
Tanah yang telah diolah kemudian dibuat bedengan untuk area penamanan krisan.
Transplanting/penanaman
dilakukan dengan jarak tanam 10-11 cm. Penyiraman dilakukan sebelum penanaman
agar tanah menjadi lembab. Perawatan dilakukan setelah penanaman. Pemberian
pupuk KNO3 dilakukan pada saa tanama berumur 10 hari dan 35 hari. Pemberian
lampu juga dilakukan sampai tanaman krisan mencapai tinggi 75 cm. Hal ini
dikarenakan pemberian lampu akan menghambat pembungaan krisan. Pengendalian
hama dan penyakit dilakukan dengan cara memberi fungisida dan insektisida
seminggu sekali. Tanaman krisan dapat dipanen setelah tanaman berumur 4 bulan.
Penanganan pertama setelah panen adalah grading dan sortasi tanaman. Tiap ikat
dijual dengan harga 16-35 ribu. Satu ikat berisi 10 tangkai tanaman.
Hasil
dokumentasi selama praktikum:
Lahan Krisan milik pak Sukar Sumur resapan
Lahan pembibitan krisan Pupuk kandang
Pasca Panen Krisan Wawancara dengan Pak Sukar
2.
Philodendron
Penanaman
philodendron dilakukan oleh Pak Sukiman menggunakan bibit yang dibeli dari
Jakarta. Pak Sukiman tidak melakukan perawatan khusus dalam budidaya
philodendron, hanya pemberian pupuk NPK seperti biasa, tanaman philodendron ini
jarang terserang hama. Hama yang menyerang biasanya ulat, bisa dibasmi secara
mekanik jika terlalu banyak memakai insektisida. Jarak penanaman philodendron
di lahan pak sukiman adalah 30 x 30 cm. Umur philodendron dari tanam sampai panen sekitar 4 bulan.
Hasil dokumentasi selama praktikum
Lahan
Philodendron Pak Sukiman
Tanaman
Philodendron Wawancara
dengan Pak Sukiman
3.
Analisis Pasar Hias
Dari proses wawancara yang
dilakukan di pasar tanaman hias Bandungan, Semarang Jawa Tengah yaitu di kios
ibu Mursana
yaitu beliau menjual
beberapa jenis tanaman hias dalam kiosnya tersebut, seperti Anggrek
Bulan, Anggrek Dendrodium, Kaladiva, Anthurium, Kaktus, Bambu hias, Aglonema dan masih banyak lagi. Untuk mendapatkan tanaman hias
tersebut ibu Mursana selain dari kebun yang dimiliki oleh ibu Mursana sendiri beliau mendapat pasokan tanaman hias jua dari
daerah Malang dan daerah Bandung.
Pasar Tanaman Hias
B. Pembahasan
1.
Krisan
Acara pertama dalam
rangkaian praktikum Teknologi Budidaya Tanaman Hias adalah kunjungan ke petani
krisan di Bandungan. Petani yang diwawancarai bernama Pak Sukarman. Pak
sukarman memiliki lahan seluas 5.000 m2 yang dijadikan sebagai lahan krisan.
Krisan dibudidayakan di dalam Green House yang dibuat sendiri oleh Pak
Sukarman.
Persiapan lahan dilakukan
oleh Pak Sukarman sebelum melakukan penanaman krisan. Penggemburan tanah
dilakukan menggunakan cangkul. Pemberian pupuk kandang diberikan sebanyak
1200kg/300m2. Pupuk kandang diberikan sebagai pupuk dasar. Pembuatan bedengan
juga dilakukan guna mempermudah dalam budidaya krisan. Rajutan kawat dibuat
setelah bedengan selesai dibuat dengantujuan untuk membantu untuk menopang
tumbuhnya tanaman krisan
Penanaman krisan biasanya
diawali dengan pembibitan terlebih dahulu. Media tanam untuk pembibitan adalah
arang sekam padi, bagian bawahnya diberi plastik dengan lebar 3m untuk
pembibitan seluas 300m2. Tebal media tanam adalah 5 cm. Pemberian pupuk seperti
rootune untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Penanaman stek batang dengan jarak
2 cm. bibit yang baik memiliki batang tinggi. Diperlukan 15.000 bibit krisan
untuk lahan seluas 300m2. Bibit diperoleh dari daerah Cipanas, dan jarang
menggunakan bibit dari hasil panen sebelumnya. Tunas baru akan muncul pada 10
HST, dan dipindahkan pada 12 HST maksimal 15 HST. Lebih dari 15HST sudah tidak
baik digunakan untuk bibit, karena akar yang susah untuk adaptasi.
Penanaman krisan diawali
dengan penugalan pada lahan dengan jarak 10-15cm untuk mempermudah saat
penanaman. Penanaman dilakukan pada malam atau sore hari. Tidak dilakukan pada
siang hari agar bibit tidak mengalami panas berlebih yang mampu merusak
tanaman. Krisann yang ditanam oleh Pak Sukarman terdiri dari 8 varietas dari
Cipanas.
Perawatan yang dilakukan
untuk budidaya krisan diantaranya adalah pemupukan, pengairan dan pengendalian
hama penyakit. Pemupukan tanaman Krisan diberikan 10 hari dan 35 hari setelah
pindah tanam dilakukan pemupukan. Pupuk tersebut antara lain : KNO3 merah dan
NPK mutiara. Pemberian pupuk diberikan pada celah celah penanaman, karena pupuk
yang bersifat higroskopis. Dosis pupuk adalah 20kg/300m2. Penyiraman dilakukan
pada pagi hari setiap hari. Penyiraman tidak dilakukan pada siang hari karena
pada siang hari transpirasi dan evaporasi berjalan dengan maksimal. Perendaman
dilakukan saat bedengan benar-benar kering. Penyemprotan fungisida biasanya
menggunakan dextand dengan dosis 2cc/liter, min.1cc per liter dengan frekuensi
penyemprotan setengah bulan sekali. Apabila pengendalian kimiawi tidak
mencukupi dilakukan pengendalian mekanis. Hama yang biasa terdapat pada lahan
krisan adalah cacah daun yang disebabkan oleh hama penggigit perobek seperti
ulat dan belalang.
Krisan dapat dipanen setelah
berumur 4 bulan. Dalam satu tahun biasanya dilakukan 2 kali masa tanam, 1 kali
masa tanam untuk masa sterilisasi. Variabel kualitas panen : warna bunga, dan
berapa lama bunga tersebut tahan disimpan. Pemanenan dilakukan dengan
pemotongan kemudian diletakkan pada daerah yang memiliki kelembapan tinggi agar
bunga tidak layu pada tahapan pasca panen selanjutnya.
Bunga Krisan biasanya diikat
10 -11 batang per ikatnya. 20 ikat untuk bunga krisan yang memiliki kualitas
rendah. Bunga yang telah diikat dibungkus dengan Koran. Bunga yang telah
dibungkus tadi akan segera dipasarkan. Pemasaran biasanya dilakukan di daerah
Solo, Jogja, dan Pati dengan harga per ikat Rp 16.000,00.
2.
Philodendron
Penanaman philodendron
biasanya dilakukan dengan menggunakan bibit. Bibit didapatkan dari daerah
Jakarta. Pembibitan yang dilakukan satu kali mampu bertahan hingga 7-8 tahun
penanaman philodendron. Lahan seluas 1500m2 bibit yang diperlukan adalah 7000 bibit tanaman.
Pengolahan tanah dilakukan
agar tanah menjadi lebih mudah untuk ditanami. Pengolahan tanah yang dilakukan
antara lain adalah mencangkul dan meratakan tanah dengan memberikan pupuk NPK
satu karung untuk luasan lahan 1500m2. Penyiraman setelah pengolahan tanah
dilakukan agar tanah menjadi gembur sehingga mudah untuk ditanami.
Penanaman philodendron
dilakukan biasanya pada pagi hari. Jarak tanam philodendron adalah 30cm x 30
cm. Penanaman ini dilakukan pada lahan yang telah diolah dan dibuat bedengan.
Pembuatan bedengan-bedengan ditujukan untuk mempermudah dalam pengelolaan tanaman.
Pemeliharaan yang dilakukan
diantaranya adalah penyiraman, pemupukan, dan penelolaan hama penyakit.
Penyiraman diberikan sekitar setengah bulan sekali, biasanya pengairan
didapatkan melalui air hujan. Pemupukan ZA diberikan setengah bulan sekali,
cara pemberian pupuk diletakkan di lubang mulsa sekitar daerah perakaran.
Philodendron ini masih belum memiliki hama dan penyakit yang menyerang,
sehingga perawatan seperti pestisida belum diberikan. Pemberian Round up satu
bulan sekali bertujuan untuk membasmi gulma disekitar pertanaman Philodendron.
Kriteria panen tanaman
philodendron diantaranya adalah umur.
Pemanenan dilakukan saat tanaman berusia 4 bulan setelah penanaman. Pemanenan
dengan dilakukan pemotongan pada batangnya. Pemotongan batang dan daun dilakukan
satu minggu sekali saat kriteria daun sudah memenuhi keinginan pasar.
Tindakan pasca panen yang
dilakukan adalah sortasi dan grading. Sortasi dan grading bertujuan untuk
memisahkan tanaman dengan kualitas baik dan yang kurang baik. Satu ikat bunga terdiri
dari 10 batang dan dijual dengan harga Rp 6.000,00. Untuk tanaman Philodendron
ini bertahan selama 1 minggu dengan pemberian air.
3.
Analisis Pasar Tanaman Hias
Tanaman booming memang
pernah terjadi beberapa tahun laluseperti Adenium, Anthurium bisa berharga
jutaan rupiah. Namun untuk saat ini tidak ada tanaman yang lebih unggul atau
booming. Komoditas yang paling laku adalah mawar karena keunikan warna yang
banyak variasi dan mudah dalam perawatan, Krisan dan Anggrek. Kebanyakan
tanaman hias yang mereka jual didatangkan langsung dari Bandung, Malang,
Tawangmangu.
Fluktuasi harga tanaman hias
dapat terjadi sewaktu-waktu. Hal tersebut dapat terjadi apabila antara jumlah
tanaman hias yang ada di pasaran tidak bisa memenuhi permintaan atau bahkan
melebihi permintaan. Hal tersebut dikarenakan banyak masyarakat yang belum
melakukan perbanyakan tanaman tersebut dan tanaman tersebut merupakan sebuah
komoditas baru. Sehingga dalam melakukan budidaya tanaman hias harus mengetahui
komoditas tanaman hias yang sedang berkembang di pasaran.
Komoditas yang dijual antara
lain Anggrek, Anggrek Dendrodium,
Kaladiva, Anthurium, Bambu hias. Aglaonema dijual dengan haraga berkisar Rp
30.000,00 dan juga kaktus seharga Rp 5.000,00 hingga Rp 15.000,00. Harga tanaman
hias mengalami peningkatan harga dan permintaannya saat hari-hari besar.
Konsumen tidak hanya berasal dari Salatiga saja tetapi banyak berasal dari
daerah-daerah lain di Indonesia.
Anggrek merupakan salah satu
komoditas tanaman hias yang paling diminati. Para penjual tanaman hias di
Bandungan juga mengatakan hal demikian. Angrek memiliki nilai keindahan yang
tinggi dan memiliki berbagai macam jenis dan bentuk yang unik. Hal inilah yang
menjadikan anggrek diminati oleh banyak orang. Para penjual tanaman hias di Bandungan
hamper semuanya menjual tanaman anggrek. Harga anggrek yang ditetapkan oleh
para penjual daerah Banungan berkisar antara Rp. 80.000,- sampai Rp. 200.000,-
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Tanaman hias merupakan tanaman dengan keindahan
baik bunga maupun daun yang dapat mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi
2.
Tanaman hias Krisan lebih baik
dibudidayakan di dataran tinggi dengan
perawatan yang intensif untuk mendapat kualitas yang bagus.
3.
Tanaman Phiolodendron tidak membutuhkan
pemeliharaan yang khusus dalam budidayanya.
4.
Tanaman hias krisan dan Philodendron
merupakan komoditas tanaman hias yang
mempunyai prospek baik dengan melihat tingginya minat pasar.
5.
Tanaman hias yang laku di pasaran saat
ini adalah tanaman anggrek sedangkan untuk bunga potong, paling laris adalah
bunga Krisan.
B. Saran
Praktikum fieldtrip tanaman
hias ini sudah bagus akan tetapi dalam koordinasi masalah pengumpulan laporan
dan masalah koordinasi coass dengan praktikan harus ditingkatkan lagi karena
tidak adanya info lebih lanjut mengenai pengumpulan laporan maupun
praktikumnnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Budiarto K Y. Sulyo R. Maaswinkel dan S. Wuryaningsih 2006.
Budidaya krisan bunga potong: Prosedur sistem produksi. Puslitbanghorti. 60
hal. ISBN : 979-8842-20-0. Jakarta.
Dreistadt, S. H 2001. Integrated
Pest Management for Floriculture and Nurseries. University of California
Division of Agriculture and Natural Resources. Oakland. 422p.
Effendi K. Marwoto 2003. Pola Night Break untuk
Efisiensi Energi Listrik pada Usaha Krisan.
http://pustaka.bogor.com /. Diakses
pada tanggal 7 Desember 2014.
Hambali G 2007. Aglaonema Silangan Greg
Hambali Kiblat Aglaomania Dunia. Jakarta: Flona
Serial.
Herwinda 2009. Makalah
Philodendron. http://rubytarizky. blogspot.com. Diakses tanggal 8 Desember 2014.
Isabella N 2003. Budidaya Bunga Krisan Potong (Dendranthema
grandiflora Tzvelev) di PT Alam Indah Bunga Nusantara, Cipanas Cianjur Jawa
Barat. Skripsi. Jurusan Budidaya
Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kachurak F 2008. Biology 414: Taxonomy
of Seed Plants. http://www.bio.psu.edu.
Diaksees pada 27 November 2013
Lie D S
2007. Menanam dan
Merawat Mawar. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
Lingga L
2007. Budidaya Mawar. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Rahardi F. E
M Nurcahyo 2000. Agribisnis Tanaman
Hias. Jakarta: Bina Aksara.
Riyan 2013. Bauran Pemasaran Bunga Krisan pada
Kelompok Usaha Bersama Manik Mekar Nadi di Desa Besakih,Kecamatan Rendang,
Kabupaten Karangasem. Jurnal Agribisnis
dan Agrowisata ISSN: 2301-6523
Rukmana, R. dan A.E. Mulyana.
2002. Seri Bunga Potong Krisan dan Mawar.
Kanisius. Yogyakarta.
Saragih
2000. Occupational
Outlook Handbook 2006-2007. Claitors, Pub. Div.
Sudaryanto, Bambang. 2006. Budidaya
Tanaman Krisan. Yogyakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Triharyanto, Edy 2006. Tanaman Hias Indoor. Fakultas Pertanian.
UNS.
Wediyanto, Agus et al. 2007. Standar Operasional Prosedur Budidaya Krisan Potong.
Jakarta: Direktorat
Budidaya Tanaman Hias Direktorat Jenderal Hortikultura Departemen Pertanian.
Widiastuti, L, Tohari dan S, Endang. 2004. Pengaruh
Intensitas Cahaya dan Kadar Dominosida Terhadap Iklim Mikro dan Pertumbuhan
Tanaman Krisan Dalam Pot. Dalam: http://agrisci.ugm.ac.id/. Diakses
pada tanggal 27 November 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar