I.
PENGAMATAN BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM
A.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Tanaman
semusim merupakan istilah agrobotani bagi tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya
dalam satu musim tanam. Tanaman semusim istilah dalam bahasa Inggris annual plant, yang dimaksud satu musim
adalah satu tahap dalam setahun. Bagi pertanian di daerah beriklim sedang
seringkali yang dimaksud semusim adalah tanaman yang tidak perlu mengalami
musim dingin bagi pembungaannya (vernalisasi). Tanaman semusim dalam pengertian botani
yaitu tumbuhan yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang
setahun.
Perkembangan ilmu pengetahuan yang
semakin maju dan semakin meningkatnya kebutuhan manusia. Manusia berusaha untuk meningkatkan
hasil budidaya pertanian dengan menggunakan lahan yang ada dan memperoleh hasil
yang tinggi. Teknik
budidaya tanaman merupakan
cara untuk meningkatkan produktivitas tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Tanaman padi, jagung dan kacang tanah
merupakan komoditas yang banyak di budidayakan di Indonesia sebagai makanan
pokok. Padi dan jagung kaya akan karbohidrat digunakan sebagai bahan pangan
sehari-hari dan kacang tanah yang banyak diolah dalam berbagai produk makanan
penting.
Ketersediaan komoditas tersebut sangat berkaitan dengan hasil produksi petani. Kultur teknis yang dijalankan petani sangat menentukan keberhasilan budidaya. Penggunaan teknik budidaya yang baik dan benar akan mengoptimalkan produktivitas sehingga hasil akan melimpah. Unsur-unsur budidaya tanaman yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman antara lain kualitas benih/bahan tanam, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pengelolaan pasca panen.
Ketersediaan komoditas tersebut sangat berkaitan dengan hasil produksi petani. Kultur teknis yang dijalankan petani sangat menentukan keberhasilan budidaya. Penggunaan teknik budidaya yang baik dan benar akan mengoptimalkan produktivitas sehingga hasil akan melimpah. Unsur-unsur budidaya tanaman yang perlu diperhatikan dalam budidaya tanaman antara lain kualitas benih/bahan tanam, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pengelolaan pasca panen.
|
Pengolahan tanah bertujuan untuk menyediakan lahan agar siap tanam dengan
meningkatkan kondisi fisik tanah agar siap untuk ditanami dan juga dalam
pengolahan tanah memberikan alternatif perbaikan pengelolaan lahan yang lebih
baik. Pengolahan tanah adalah manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan
untuk menciptakan keadaan tanah yan baik bagi
pertumbuhan tanaman. Pengelolaan
lahan sangat diperlukan dalam usaha budidaya pertanian sebab jika pengelolaan
lahan dilakukan kurang baik maka produktivitas lahan semakin lama dapat semakin
berkurang bahkan pada akhirnya lahan menjadi tidak produktif atau rusak dan
tidak dapat menjadi tempat budidaya pertanian secara baik.
Penanaman
adalah persiapan sebelum tanam, waktu menanam, dan cara menanam. Sebelum
melakukan penanaman, maka persiapan
perlu untuk dikontrol, jika ada rumput liar seperti
rumput teki, segera dicabut/dibersihkan agar tidak mengganggu tanaman. Rumput termasuk gulma yang dapat
menjadi kompetitor bagi tanaman induk. Pengaturan jarak tanam yang tepat bagi
tanaman dapat memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi tanaman untuk dapat
memanfaatkan sumberdaya lingkungan secara maksimal, baik berupa lingkungan
tanah, air maupun iklim. Tujuan dari
penanaman yaitu untuk mengetahui cara-cara petani mendapatkan bahan tanam,
menegetahui macam-macam cara penanaman tanaman pertanian, membandingkan
maisng-masing cara penanaman yang dilakukan petani dan juga mampu memberikan
kesimpulan dan kemungkinan perbaikan cara yang telah dilakukan oleh petani,
serta menegvaluasi cara yang telah dilakukan petani tersebut dan dapat
memberikan kesimpulan serta cara perbaikannya.
Pemeliharaan
tanaman meliputi pengairan, pemupukan, dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Pemupukan
harus diperhatikan kapan waktu dan berapa dosis yang tepat untuk tanaman
tersebut. Pemupukan bertujuan untuk menghindarkan tanaman dari kelebihan pupuk
yang hanya akan meracuni tanaman tersebut, sehingga, hasil tanaman lebih
optimal. Pemanenan memiliki tujuan
yaitu untuk mengenal serta mempelajari cara-cara panen dan pemasaran produknya,
serta memberikan perbaikan yang mungkin diperlukan dalam panen dan pemasaran
produk petani pada beberapa komoditas yang ada. Tujuan pemakaina produk berbeda
akan menentukan kriteria panen yang dilakukan serta menentukan tindak lanjut
dalam menangani produk sampai ke konsumen/pasar. Manajemen yang efektif selama
periode pascapanen adalah kunci
dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Operasi skala besar dapat menguntungkan
karena investasi mesin penanganan yang biayanya tinggi serta
perlakuan-perlakuan pascapanen berteknologi tinggi. Teknologi sederhana biaya murah sering
lebih sesuai untuk volume panen yang kecil dan petani terlibat langsung dalam pemasaran.
2. Tujuan
Praktikum
Tujuan
praktikum dari acara Pengamatan Budidaya Tanaman Semusim yaitu agar mahasiswa dapat terampil memadukan
teori yang diperoleh dengan praktek riil yang dilakukan petani dalam
pembudidayaan tanaman semusim.
B. Tinjauan Pustaka
1.
Padi
(Oryzae sativa)
Padi adalah komoditas
utama yang berperan sebagai pemenuh kebutuhan pokok karbohidrat bagi penduduk.
Komoditas padi memiliki peranan pokok sebagai pemenuhan kebutuhan pangan utama
yang setiap tahunnya meningkat sebagai akibat pertambahan jumlah penduduk yang
besar, serta berkembangnya industri pangan dan pakan (Yusuf 2010).
Padi merupakan tanaman
semusim dengan sistem perakaran serabut. Terdapat dua macam perakaran padi
yaitu akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula pada saat berkecambah
dan akar adventif sekunder yang bercabang dan tumbuh dari buku batang muda
bagian bawah. Akar adventif tersebut menggantikan akar seminal. Perakaran yang
dalam dan tebal, sehat, mencengkeram tanah lebih luas serta kuat menahan
kerebahan memungkinkan penyerapan air dan hara lebih efisien terutama pada saat
pengisian gabah (Suwardi 2002).
Batang padi berbentuk bulat, berongga dan
beruas-ruas. Antar ruas dipisahkan oleh buku. Ruas-ruas sangat pendek pada awal
pertumbuhan dan memanjang serta berongga pada fase reproduktif. Pembentukan
anakan dipengaruhi oleh unsur hara, cahaya, jarak tanam dan teknik budidaya.
Batang berfungsi sebagai penopang tanaman, mendistribusikan hara dan air dalam
6 tanaman dan sebagai cadangan makanan. Kerebahan tanaman dapat menurunkan
hasil tanaman secara drastis. Kerebahan umumnya terjadi akibat melengkung atau
patahnya ruas batang terbawah, yang panjangnya lebih dari 4 cm. Daun padi tumbuh pada batang dan
tersusun berselang-seling pada tiap buku. Tiap daun terdiri atas helaian daun,
pelepah daun yang membungkus ruas, telinga daun (auricle) dan lidah daun
(ligule). Daun teratas disebut daun bendera yang posisi dan ukurannya
tampak berbeda dari daun yang lain. Satu daun pada awal fase tumbuh memerlukan
waktu 4-5 hari untuk tumbuh secara penuh, sedangkan pada fase tumbuh
selanjutnya diperlukan waktu yang lebih lama, yaitu sekitar 8-9 hari (Makarim
dan Suhartatik 2009).
Padi biasanya dipanen pada
kadar air sekitar 20-27%. Alat panen yang digunakan untuk memanen padi umumnya
adalah sabit. Perontokan gabah sebagian besar dilakukan langsung di sawah
setelah panen dengan cara menggebot (membanting) ke atas kayu atau bambu, dan
menggunakan power thresher, kemudian dilanjutkan dengan pengeringan. Kegiatan
pascapanen padi selanjutnya adalah penggilingan, penyimpanan dan pengemasan
(Patiwiri 2006).
2.
Jagung
(Zea mays)
Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu
tanaman biji-bijian dari keluarga rumput–rumputan (Graminae). Jagung
diklasifikasikan ke dalam divisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae,
Ordo Poales, Famili Poaceae, dan Genus Zea. Menurut sejarahnya, tanaman jagung
berasal dari Amerika dan merupakan tanaman sereal yang paling penting di benua
tersebut. Berdasarkan bentuk bijinya (kernel), ada 6 tipe utama jagung, yaitu
dent, flint, flour, sweet, pop, dan pod corns (Darrah et al 2003).
Sedangkan pengaruh
pengaturan pola tanam terhardap jagung menunjukkan dengan jarak tanam yang
makin rapat produktivitas jagung yang diperoleh per satuan m2 makin
meningkat. Produksi jagung pada pola tanam jagung dan sambiloto jarak tanam 150
cm x 20 cm, sambiloto jarak tanam 120 cm x 20 cm, sambiloto jarak tanam 90 cm
x20 cm berturut-turut adalah 13,3 tongkol/m2, 16,7 tongkol/m2 dan
22,2 tongkol/m2 untuk dua kali panen. Dengan asumsi per tongkol
jagung setara dengan 25 gr jagung kering pipil, maka hasil jagung yang
diperoleh dengan pola tanam dengan sambiloto mencapai 3,33 ton/ha sampai 5,55
ton/ha setiap kali panen, hasil ini lebih tinggi dari produktivitas rata-rata
jagung nasional yang hanya mencapai 3,24 ton/ha dan pola tanam jagung dengan
kelapa yang hanya mencapai 1.668 ton/ha (Ekwasita 2007).
Jagung memiliki
bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman
(monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae,
yang disebut floret. Pada jagung, dua floret dibatasi oleh sepasang glumae
(tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan
bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga
betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh dari buku, di antara batang dan
pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat menghasilkan satu tongkol
produktif meskipun memiliki sejumlah bunga betina. Beberapa varietas unggul
dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol produktif, dan disebut sebagai
varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung siap untuk penyerbukan 2-5
hari lebih dini daripada bunga betinanya (protandri) (Reni 2012).
Jagung sebagai
tanaman yang banyak diusahakan pada sistem agroforestri ditanam saat musim
penghu-jan. Hal itu mengisyaratkan bahwa air tersedia untuk tanaman berasal
dari air hujan. Sedangkan pemenuhan keperluan unsur hara bagi tanaman kecuali
tersedia oleh mineral tanah dapat ditunjang melalui pemupukan. Ber-beda dengan
kedua faktor tersebut, cahaya merupakan faktor pembatas pertumbuhan tanaman
yang tidak dapat diubah. Salah satu teknologi yang tepat untuk untuk
meningkatkan produktifitas tanaman pada sistem agro-forestri adalah melalui
varietas yang toleran terhadap radiasi rendah. Jagung sebagai tanaman C4 memiliki
tanggapan terhadap cahaya yang berbeda dibandingkan dengan tanaman C3 karena
perbedaan karakter fotosinte-sis. anaman C3 dibawah cahaya rendah kemungkinan
lebih berhasil daripada tanaman C4 semacam jagung, namun perlu diuji karena
tidak tertutup kemungkinan terdapat varietas yang toleran terhadap cahaya
rendah (Djoko 2005).
Benih jagung
direndam satu malam atau 24 jam sebelum tanam. Perendaman dilakukan jika hujan
masih jarang turun. Perendaman bertujuan untuk mengaktifkan enzim-enzim yang
diperlukan benih, sehingga benih mempunyai energi yang cukup untuk merombak
cadangan makanan dalam biji untuk berkecambah. Benih yang telah direndam lalu
dicampur dengan fungisida berbahan aktif metalaksil untuk mencegah serangan
penyakit bulai pada tanaman muda (Noeriwan 2008).
Jagung yang
banyak ditanam di Indonesia adalah tipe mutiara (flint) dan setengah mutiara
(semiflint), seperti jagung Arjuna (mutiara), jagung Harapan (setengah
mutiara), Pioneer-2 (setengah mutiara), Hibrida C-1 (setengah mutiara), dan
lain-lain. Selain jagung tipe mutiara dan setengah mutiara, jagung tipe
berondong (pop corn), jagung gigi
kuda (dent corn), dan jagung manis (sweet corn) juga terdapat di Indonesia.
Jagung jenis dent dicirikan dengan adanya corneous, horny endosperm pada bagian
sisi dan belakang kernel, serta pada bagian tengah inti jagung menjulur hingga
mahkota endospermanya lunak dan bertepung. Jagung jenis flintmemiliki bentuk
yang tebal, keras, dengan lapisan horny endosperm disekeliling granula tengah,
kecil, dan halus. Jagung jenis flour merupakan salah satu jagung yang sangat
tua dimana hampir seluruh endospermanya berisi pati yang lunak dan mudah dibuat
tepung. Jagung jenis sweet diyakini sebagai jenis jagung mutasi yang mengandung
sedikit pati dengan endosperma berwarna bening. Jagung ini biasanya dikonsumsi
sebagai campuran sayuran. Jagung jenis pop memiliki kernel kecil dan keras
seperti jenis flintdengan kandungan pati yang lebih sedikit. Sedangkan jagung
jenis pod merupakan jagung hias dengan kernel tertutup dan pada umumnya jagung
jenis ini tidak ditanam secara komersial (Marzuki 2005).
3.
Kacang
Tanah (Phaseolus vulgaris)
Tanaman kacang tanah berbatang
tegak dengan ketinggian sangat bervariasi, antara 30-60 cm, tergantung
varietasnya.Cabangnya menyamping pada batang utama, berbentuk bulat, dan
berbulu.Warna batang dan cabangnya ada yang hijau ada yang ungu. Daunnya trifoliate (terdiri dari tiga
helaian) dan letaknya berseling.Tangkai daunnya cukup panjang, lebih panjang
dari daunnya.Warna daunnya hijau muda sampai hijau tua (Haneva 2012).
Bunga kacang tanah
berwarna kuning, tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan
dapat menyerbuk sendiri. Polong
kacang tanah berbentuk silendris dengan panjang antara 6-15 cm dan biasanya
berbulu pendek.Sewaktu muda polong berwarna hijau dan setelah tua berwarna
hitam atau cokelat.Setiap polong berisi 10-15 biji.Biji kacang tanah lebih
kecil dibanding biji kacang-kacangan lain. Warna bijinya kebanyakan hijau kusam
atau hijau mengkilap, beberapa ada yang berwarna kuning, cokelat, dan hitam
Tanaman kacang tanah berakar tunggang dengan akar cabang pada permukaan (Areas
2007).
Untuk menaikkan hasil kacang
tanah per satuan luas, maka diperlukan usaha yang lebih intensif dalam sistem
budidayanya. Usaha yang diperlukan dalam peningkatan hasil kacang tanah tidak
hanya tertumpu pada aspek kuantitas tetapi juga mencakup aspek kualitas.
Kuantitas dan kualitas hasil yang tinggi hanya dapat diperoleh bila benih yang
digunakan adalah benih yang bermutu (Zakaria 2009:125).
Tanaman kacang tanah
merupakan salah satu tanaman bahan makanan penting di Indonesia yang harus
diupayakan pengembangannya meskipun pada tanah marginal. Tanah salin adalah
salah satu jenis tanah marginal yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman
baik pada fase perkecambahan maupun fase-fase lainnya. Pengaruh salinitas
terhadap perkecambahan benih mencakup dua hal yaitu pengaruh tekanan osmosis yang
tinggi sehingga benih sulit menyerap air dan pengaruh kimia atau keracunan oleh
ion-ion spesifik yang menyusun garam. Karena itu penelitian untuk mengetahui
sejauh mana toleransi tanaman kacang tanah terhadap salinitas, baik pada fase
perkecambahan maupun pada fase sesudahnya perlu dilaksanakan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara metode sortasi benih dengan
viabilitas dan vigor benih kacang tanah serta aplikasinya untuk menduga tingkat
ketahanan salinitas (Nulhakim 2009).
Dilihat dari kandungan
gizinya, kacang tanah memiliki nilai gizi yang tinggi. Kadar protein mencapai
25 gram per 100 gram. Protein kacang merupakan protein nabati berkualitas
tinggi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan anak, vegetarian dan orang yang
mengkonsumsi sedikit daging. Kadar lemak kacang tanah merupakan bahan pangan
sumber minyak. Kadar lemak kacang tanah mencapai 43 gram per 100 gram. Kacang
tanah kaya akan asam lemak tidak jenuh yang dapat menurunkan kolesterol darah
(Astawan 2009).
C. Metodologi Praktikum
1. Pengamatan
Padi (Oryza sativa)
a.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
Teknologi Budidaya Tanaman Semusim dan Tahunan acara Pengamatan Budidaya
Tanaman Semusim ini dilaksanakan hari Sabtu, 02 November
2013. Praktikum ini bertempat di lahan pertanian padi Dusun Talang, Desa Transang, Kecamatan
Gatak, Kabupaten Sukoharjo.
b.
Alat dan Bahan
1)
Alat: Alat tulis
2)
Bahan: Lahan pengamatan
c.
Cara Kerja
1)
Pengolahan tanah
a)
Mengamati pengolahan lahan pada lokasi yang
telah ditentukan.
b)
Mencari informasi sebanyak-banyaknya yang
terkait dengan pegelolaan lahan yang dilakukan oleh petani.
c)
Mencatat semua data yang diperoleh.
2)
Penanaman
a)
Melakukan pengamatan di lokasi yang telah
ditentukan.
b)
Melakukan wawancara dengan petani tentang asal
usul bahan tanam/bibit.
c)
Membuat laporan/kesimpulan serta usaha perbaikan
yang perlu dilakukan.
d)
Mengamati semua pertanaman yang ada yang
diusahakan oleh petani baik dalam satu hamparan atau dalam satu petakan.
e)
Menanyakan kepada petani mengenai
masalah-masalah terkait dengan penggunaan bahan tanam.
f)
Mencari informasi tentang pola pertanaman yang
dilakukan baik jenis tanaman yang ditanam, alasan memilih pola tanam.
g)
Membuat laporan/kesimpulan dari data yang
diperoleh serta perbaikan untuk memperbaiki cara-cara yang mungkin kurang pas
yang telah dilakukan oleh petani.
3)
Pemeliharaan
a)
Melakukan pengamatan kondisi pertanaman yang ada
lokasi yang telah ditentukan.
b)
Mewawancarai petani masalah pemeliharaan tanaman
yang dilakukan sejak tanaman mulai ditanam di lapang sampai akan melakukan
panen.
c)
Membuat laporan/kesimpulan serta perbaikan yang
mungkin dapat diberikan untuk memperbaiki kultur teknik yang kurang tepat yang
telah dilakukan oleh petani.
4)
Pemanenan
a)
Melakukan wawancara dengan petani mengenai
kriteria panen yang dilakukan oleh petani.
b)
Menanyakan mengenai alat-alat untuk panen dan
cara panen.
c)
Membuat laporan/kesimpulan mengenai perbaikan
sistem yang telah dilakukan oleh petani.
5)
Pengelolaan pasca panen
a)
Mewawancarai petani mengenai pengelolaan pasca
panen yang dilakukan oleh petani untuk mempertahankan kualitas produk hasil
panen.
b)
Menanyakan tentang usaha yang dilakukan untuk
memasarkan produk.
c)
Membuat laporan/kesimpulan mengenai perbaikan
sistem yang telah dilakukan oleh petani.
2. Pengamatan
Jagung (Zea mays)
a.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
Teknologi Budidaya Tanaman Semusim dan Tahunan acara Pengamatan Budidaya
Tanaman Semusim ini dilaksanakan hari Kamis, 10 Oktober 2013. Praktikum ini
bertempat di lahan pertanian jagung Njetis, Colomadu, Kartosuro.
b.
Alat dan Bahan
1)
Alat: Alat tulis
2)
Bahan: Lahan pengamatan
c.
Cara Kerja
1)
Pengolahan tanah
a)
Mengamati pengolahan lahan pada lokasi yang
telah ditentukan.
b)
Mencari informasi sebanyak-banyaknya yang
terkait dengan pegelolaan lahan yang dilakukan oleh petani.
c)
Mencatat semua data yang diperoleh.
2)
Penanaman
a)
Melakukan pengamatan di lokasi yang telah
ditentukan.
b)
Melakukan wawancara dengan petani tentang asal
usul bahan tanam/bibit.
c)
Membuat laporan/kesimpulan serta usaha perbaikan
yang perlu dilakukan.
d)
Mengamati semua pertanaman yang ada yang
diusahakan oleh petani baik dalam satu hamparan atau dalam satu petakan.
e)
Menanyakan kepada petani mengenai
masalah-masalah terkait dengan penggunaan bahan tanam.
f)
Mencari informasi tentang pola pertanaman yang
dilakukan baik jenis tanaman yang ditanam, alasan memilih pola tanam.
g)
Membuat laporan/kesimpulan dari data yang
diperoleh serta perbaikan untuk memperbaiki cara-cara yang mungkin kurang pas
yang telah dilakukan oleh petani.
3)
Pemeliharaan
a)
Melakukan pengamatan kondisi pertanaman yang ada
lokasi yang telah ditentukan.
b)
Mewawancarai petani masalah pemeliharaan tanaman
yang dilakukan sejak tanaman mulai ditanam di lapang sampai akan melakukan
panen.
c)
Membuat laporan/kesimpulan serta perbaikan yang
mungkin dapat diberikan untuk memperbaiki kultur teknik yang kurang tepat yang
telah dilakukan oleh petani.
4)
Pemanenan
a)
Melakukan wawancara dengan petani mengenai
kriteria panen yang dilakukan oleh petani.
b)
Menanyakan mengenai alat-alat untuk panen dan
cara panen.
c)
Membuat laporan/kesimpulan mengenai perbaikan
sistem yang telah dilakukan oleh petani.
5)
Pengelolaan pasca panen
a)
Mewawancarai petani mengenai pengelolaan pasca
panen yang dilakukan oleh petani untuk mempertahankan kualitas produk hasil
panen.
b)
Menanyakan tentang usaha yang dilakukan untuk
memasarkan produk.
c)
Membuat laporan/kesimpulan mengenai perbaikan
sistem yang telah dilakukan oleh petani.
3. Pengamatan
Kacang tanah (Arachis hypogea)
a.
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum
Teknologi Budidaya Tanaman Semusim dan Tahunan acara Pengamatan Budidaya
Tanaman Semusim ini dilaksanakan hari Sabtu, 09
November 2013. Praktikum ini bertempat di lahan pertanian kacang tanah Desa Ngringo, Palur,
Karanganyar.
b.
Alat dan Bahan
1)
Alat: Alat tulis
2)
Bahan: Lahan pengamatan
c.
Cara Kerja
1)
Pengolahan tanah
a)
Mengamati pengolahan lahan pada lokasi yang
telah ditentukan.
b)
Mencari informasi sebanyak-banyaknya yang
terkait dengan pegelolaan lahan yang dilakukan oleh petani.
c)
Mencatat semua data yang diperoleh.
2)
Penanaman
a)
Melakukan pengamatan di lokasi yang telah
ditentukan.
b)
Melakukan wawancara dengan petani tentang asal
usul bahan tanam/bibit.
c)
Membuat laporan/kesimpulan serta usaha perbaikan
yang perlu dilakukan.
d)
Mengamati semua pertanaman yang ada yang
diusahakan oleh petani baik dalam satu hamparan atau dalam satu petakan.
e)
Menanyakan kepada petani mengenai
masalah-masalah terkait dengan penggunaan bahan tanam.
f)
Mencari informasi tentang pola pertanaman yang
dilakukan baik jenis tanaman yang ditanam, alasan memilih pola tanam.
g)
Membuat laporan/kesimpulan dari data yang
diperoleh serta perbaikan untuk memperbaiki cara-cara yang mungkin kurang pas
yang telah dilakukan oleh petani.
3)
Pemeliharaan
a)
Melakukan pengamatan kondisi pertanaman yang ada
lokasi yang telah ditentukan.
b)
Mewawancarai petani masalah pemeliharaan tanaman
yang dilakukan sejak tanaman mulai ditanam di lapang sampai akan melakukan
panen.
c)
Membuat laporan/kesimpulan serta perbaikan yang
mungkin dapat diberikan untuk memperbaiki kultur teknik yang kurang tepat yang
telah dilakukan oleh petani.
4)
Pemanenan
a)
Melakukan wawancara dengan petani mengenai
kriteria panen yang dilakukan oleh petani.
b)
Menanyakan mengenai alat-alat untuk panen dan
cara panen.
c)
Membuat laporan/kesimpulan mengenai perbaikan
sistem yang telah dilakukan oleh petani.
5)
Pengelolaan pasca panen
a)
Mewawancarai petani mengenai pengelolaan pasca
panen yang dilakukan oleh petani untuk mempertahankan kualitas produk hasil
panen.
b)
Menanyakan tentang usaha yang dilakukan untuk
memasarkan produk.
c)
Membuat laporan/kesimpulan mengenai perbaikan
sistem yang telah dilakukan oleh petani.
D. Hasil Pengamatan dan
Pembahasan
1.
Hasil Pengamatan
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Petani Padi,
Jagung dan Kacang Tanah
Identitas
|
Padi
|
Jagung
|
Kacang Tanah
|
Nama Petani
|
Slamet Raharjo
|
Harto Prayetno
|
Kamdi
|
Dusun
|
Talang
|
Bolon
|
Ngringo
|
Desa
|
Transang
|
Bolon
|
Ngringo
|
Kecamatan
|
Gatak
|
Colomadu
|
Palur
|
Kabupaten
|
Sukoharjo
|
Karanganyar
|
Karanganyar
|
Varietas
|
64 pp
|
P21
|
-
|
Sumber : Logbook
2.
Pembahasan
a. Komoditas
Padi (Oryza sativa)
1) Bahan
Tanam
Pengamatan budidaya tanaman padi dilakukan di daerah milik
bapak Slamet raharjo di Dusun Talang, Desa Transang, Kecamatan Gatak, Kabupaten
Sukoharjo. Bibit yang digunakan Bapak Slamet adalah varietas 64 pp yang
memiliki sifat berumur lebih panjang dan bulir padi yang lebih besar.
Bibit varietas
Sehera ini diperoleh Bapak Parman dari Badan Sertifikasi benih melalui kelompok
tani yang aktif di desa tersebut. Bapak Slamet tidak melakukan pengujian
terhadap benih yang dipakainya karena beliau yakin terhadap bibit tersebut yang
dapat dilihat dari hasil produksi padi yang dilakukan oleh petani lain yang
menggunakan varietas yang sama sebelumnya. Kebutuhan benih/biji luasan lahan
Bapak Slamet adalah 20 kg. Sedangkan 1 bungkus berisi 5 kg, sehingga dibutuhkan
4 bungkus untuk persemaian. Sebelum persemaian, bibit tersebut di jemur sehari
di bawah matahari langsung, kemudian biji padi direndam selama 3 hari 3 malam
hingga padi berkecambah. Perendaman dimaksudkan untuk mempercepat perkecambahan
bibit padi. Benih padi siap untuk disemai ketika sebagian besar sudah
berkecambah.
Selama
menunggu kesiapan benih, petani menyiapkan lahan untuk tempat penyemaian. Lahan
penyemaian biasanya dibuat rata, pinggirnya dibuat parit agar tanah tidak
tergenang air. Tanah yang tergenang air akan membuat benih tidak bisa tumbuh
karena busuk. Lahan untuk persemaian berukuran 3m x 4m yang diambil dari lahan
tanam. Lahan persemaian dicangkul dan dibuat bedengan. Bedengan digenangi air
semalaman agar meresap ke dalam tanah. Setelah tanah macak-macak, benih bisa
ditebar. Sebelum benih ditabur dilakukan pemupukan pada bedengan. Pemupukan
pada lahan persemaian menggunakan pupuk kandang dan pupuk dasar (TSP Phonska).
Tujuan dilakukan pemupukan yaitu agar bibit tumbuh dengan baik, karena bibit
menentukan hasil produksi nantinya.
Cara
menentukan waktu penyemaian yaitu 20 hari sebelum pengolahan lahan. Setelah bibit
berumur 20 hari, bibit siap pindah tanam. Sebelum bibit dipindah tanam, lahan
persemaian digenangi air untuk memudahkan dalam mencabut bibit. Bibit dicabut
5-10 batang sekaligus dan kemudian diikat. Dalam mengikat harus hati-hati agar
bibit tidak rusak. Transportasi ke lahan tanam tidak diperlukan karena lahan
persemaian menjadi satu dengan lahan tanam.
2) Pengolahan
Tanah
Pengolahan
tanah dilakukan Bapak Slamet sebelum menanam bibit. Pengolahan ini bertujuan
untuk mengolah lahan agar lahan subur dan baik untuk pertumbuhan tanaman.
Pengolahan dilakukan setelah melalui masa panen tanaman sebelumnya. Pengolahan
tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga
memperoleh susunan tanah (struktur tanah) yang dikehendaki oleh tanaman.
Setelah panen sebelumnya, lahan dibiarkan beberapa saat baru setelah itu
digenangi air.
Tanah dicangkul
terlebih dahulu pada tepi lahan. Pencangkulan dilakukan dengan tujuan untuk
meninggikan pematang sawah dan mempermudah saat pembajakan. Pembajakan dilakukan
dengan menggunakan traktor, traktor untuk mengolah tanah dengan alat pembajak
berupa luku dan garu. Luku ini digunakan pada pengolahan pertama yang digunakan
untuk membalik tanah. Pengolahan tanah dengan menggunakan traktor seprti ini
sudah sejak lama dilakukan mengingat efisien waktu dan hasil yang lebih baik.
Alasannya karena pengoperasian mudah diatur sesuai keinginan misal kedalaman
pembalikan tanah, kualitas peralatan lapisan, dan lainnya. Traktor dikatakan
lebih efisien hasil dan waktu daripada tenaga hewan.
Pengolahan
tahap kedua menggunakan garu, digunakan untuk meratakan tanah, menghilangkan
sisa-sisa jerami dan menghaluskan partikel tanah. Penggaruan ini berfungsi
mengubah tanah bongkahan tadi menjadi partikel yang lebih kecil.Pengolahan tanah
dilakukan dimulai bibit sudah siap tanam. Membajak berarti membalik tanah
beserta tumbuhan rumput sisa tanaman sebelumnya (jerami), kotoran lain hingga
terbenam, sehingga akhirnya membusuk. Dengan pembajakan ini pula, unsur-unsur
yang ada di dalamnya kembali masuk ke tanah dan dapat menjadi makanan bagi
tanaman berikutnya.
Setelah 10 hari
kemudian, lahan digaru. Setelah pembajakan lahan tidak langsung digaru, hal ini
bertujuan agar sisa jerami membusuk terlebih dahulu dan mematikan gulma. Tujuan
menggaru ialah meratakan tanah dan menghancurkan gumpalan-gumpalan tanah agar
menjadi halus sehingga tanaman bisa tumbuh merata. Pada saat menggaru sebaiknya
sawah dalam keadaan basah, dan selama digaru diusahakan saluran pemasukan dan
pengeluaran air ditutup, agar lumpur tidak hanyut terbawa air keluar. Setelah
proses pengolahan tanah selesai maka
siap dilakukan penanaman.
3)
Penanaman
Tanah atau
lahan sawah yang sudah diolah siap untuk ditanami. Ketika akan ditanami, tanah
digenangi agar tanah mudah ditanami terlebih dahulu. Pindah tanam dilakukan
saat bibit berumur 20 hari. Proses pindah tanam dilakukan dengan metode
transplanting yaitu memindahkan bibit dari lahan persemaian ke lahan budidaya.
Sistem tanam yang dilakukan berupa penanaman secara monokultur yaitu hanya
tanaman padi yang dibudidayakan.
Jarak tanam
yang digunakan adalah 25 x 25 cm. Jarak tanam yang digunakan karena lahan yang
digunakan sempit. Untuk mempermudah jarak tanam yang juga merupakan penentuan
lubang tanam digunakan alat bantu sederhana berupa potongan bambu yang sudah
ditandai. Penanaman menggunakan sistem tandur yaitu para buruh tandur menanam
bibit dengan mundur. Untuk mendapatkan anakan yang merata pada setiap tanaman,
diusahakan penanaman bibit dengan posisi tegak lurus.
4)
Pemeliharaan
Dalam
pemeliharaan tanaman padi dilakukan pengairan, pemupukan, dan pengendalian hama
dan penyakir serta penyiangan. Pengairan pada lahan Bapak Slamet berasal dari Irigasi.
Selama masa tanam, pemupukan dilakukan sebanyak dua kali.
Pemupukan
pertama dilakukan saat tanaman berumur 14 hari setelah tanam. Pemupukan pertama
bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman secara optimum, untuk
memacu pertumbuhan tanaman agar cepat besar dan agar terlihat hijau segar
merata. Pupuk yang digunakan berupa pupuk Phonska sebanyak 4 sak (200 kg).
Penggunaan pupuk Phonska karena pupuk ini memacu pertumbuhan tanaman sehingga
tanaman tumbuh optimal serta berpotensi menghasilkan bulir padi yang padat
berisi.
Selain
pemupukan, juga dilakukan penyemprotan obat dengan pemberian pestisida namun
apabila tidak ada tanda serangan pak slamet tidak menggunakan pestisida dalam
penanggulangan hama. Hama yang menyerang lahan pak slamet biasanya tikus dan
penggerek batang padi. Penanganan hama tikus dengan gropyokana sedangkan penggerek
batang dengan pestisida.
Penyiangan
dilakukan sehari setelah pemupukan dan pengobatan. Hal ini dikarenakan pada
saat itu kondisi tanah lebih empuk sehingga mempermudah proses penyiangan.
Penyiangan dilakukan secara mekanik dengan menggunakan alat sorok. Sorok
mempunyai tangkai dari kayu yang panjang dan bagian bawah berupa lempengan besi
yang bergerigi. Cara menggunakan alat ini dengan didorong di antara larikan
tanaman padi. Alat ini dimodifikasi Bapak Parman menjadi dalam satu lengan
terdapat dua lempeng besi penggaruk tanah yang dapat menggaruk gulma di dua
jalur sekaligus sehingga mempercepat penyiangan. Macam gulma yang ditemukan di
lahan meliputi rumput, apungan, dan sedang-dalam.
Setelah
penyiangan, dilakukan pemupukan kedua. Kondisi lahan sebelum dilakukan
pemupukan kedua yaitu lahan telah bersih dari gulma karena telah dilakukan
penyiangan. Dilakukannya penyiangan terlebih dahulu sebelum dilakukannya
pemupukan kedua bertujuan agar tidak terjadi kompetisi hara antara tanaman padi
dan gulma, sehingga pemupukan lebih efektif.Pemupukan kedua dilakukan saat
tanaman berumur 33 hari setelah tanam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
Phonska 1 kw. Tujuan dari pemupukan kedua ini adalah untuk mempercepat
perkembangan tanaman.
5)
Pemanenan
Panen padi
dilakukan saat padi berumur kurang lebih 4 bulan (105 hari setelah tanam), padi
sudah mulai menguning, dan malai sudah merunduk. Panen dilakukan pada cuaca
yang cerah atau tidak dalam kondisi hujan agar kualitas biji bagus dan kadar
air tidak terlalu tinggi. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan sabit.
Pak Slamet
biasanya menebaskan padinya karena sudah kebiasaan dan memilih menggunakan
benih dari balai sertifikasi daripada dari biji hasil panenya. Cara memanen
dengan memotong batang padi kira-kira 20 cm dari bagian permukaan tanah agar
bagian tanaman yang terpotong lebih panjang dengan tujuan memudahkan untuk
memegang tanaman padi saat perontokan padi.
6)
Pengolahan Pasca Panen
Kegiatan pasca
panen padi meliputi pengeringan, penyimpanan gabah, dan penyelepan. Pengeringan
dilakukan dengan tujuan menjaga dormansi gabah agar tidak berkecambah.
Pengeringan dilakukan:
a) Menjemur
gabah yang telah ditanam di bawah sinar matahari di halaman rumah.
b) Saat
penjemuran bisa dialasi dengan karung plastik.
c) Dalam
penjemuran, gabah dibolak-balik agar sinar matahari mengenai gabah yang dijemur
secara merata, sehingga padi dapat kering dengan cepat.
d) Penjemuran/pengeringan
dilakukan kurang lebih seminggu apabila cuaca panas dan tidak turun hujan.
e) Secara
sederhana, cara untuk mengetahui apakah gabah telah kering atau belum yaitu
dengan cara menggigit butir padi dengan gigi. Apabila saat digigit gabah terasa
keras dan berbunyi, itu berarti gabah sudah kering dan pengeringan dihentikan.
Setelah gabah
kering, gabah bisa diselep maupun disimpan terlebih dahulu. Tujuan penyimpanan
agar gabah bebas dari seranganorganisme pengganggu. Gabah yang telah dijemur
dan kering dikemas dalam wadah berupa karung atau kresek dan dijahit atau
ditali dengan raffia. Padi yang telah dikemas dapat disimpan dalam gudang.
Gudang harus dalam keadaan tertutup agar hama gudang tidak bisa masuk, tetapi
sanitasi gudang harus dijaga. Dalam penyimpanan, gudang perlu dijaga kebersihan
dan kelembabannya.
Pasca panen
memerlukan penyelepan. Penyelepan bertujuan untuk memisahkan kulit gabah dengan
beras. Penyelepan dilakukan dua kali. Penyelepan pertama belum semua kulit
gabah terkelupas. Gabah yang kulitnya belum terkelupa dinamakan beras PK.
Penyelepan kedua dilakukan untuk menghasilkan beras yang putih dan kulit gabah
terkelupas semua. Setelah gabah digiling dan dihasilkan beras, beras dapat
dikemas dalam karung maupun kantong plastik untuk dijual maupun disimpan. Gabah
hasil panen semuanya ditebaskan dan dibagi dengan tenaga kerja yang membantu. Harga
sekali tebas biasanya pak slamet mematok Rp 5.000.000 – Rp 6.000.000 .
b. Komoditas
Jagung (Zea mays)
1)
Bahan Tanam
Pengamatan dilakukan dilahan
milik bapak Harto Prayetno yang berlokasi di desa Bolon, kecamatan Calamadu,
kabupaten Karanganyar. Bahan
tanam yang digunakan dalam penanaman jagung pada praktikum TBT Semusim ini
yaitu biji. Kebutuhan benih untuk suatu luasan pertanaman, ditentukan oleh
komponen antara lain luas lahan yang akan ditanami, jarak tanam, jumlah biji
per lubang tanam, persen daya kecambah benih, persen benih yang tumbuh, dan
bobot benih per 1000 biji (gram).
Berdasarkan hasil pengamatan, petani
menggunakan bahan tanam berupa biji dengan varietas jenis p21. Benih tersebut
diperoleh petani dari membeli langsung di toko benih. Benih yang akan digunakan
oleh petani tersebut tidak dilakukan pengujian lagi karena petani percaya
dengan uji yang sudah dilakukan oleh Departemen Pertanian sebelum varietas ini
dipasarkan.
2)
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menyediakan tempat tumbuh bagi tanaman jagung,
sehingga perakaran tanaman dapat berkembang dengan baik. Dengan demikian
absorbsi hara oleh tanaman berlangsung secara optimal. Pengolahan tanah pada
lahan jagung ini menggunakan cangkul.
Pengolahan lahan dilakukan dengan
menggunakan traktor dan juga cangkul. Pengolahan lahannya terbatas hanya pada
bagian yang digunakan untuk pertanaman, sehingga bisa lebih menghemat waktu dan
tenaga. Pengolahan lahan diberikan setiap akan menanam jagung, dilakukan pada
awal musim penghujan sehingga petani tidak perlu melakukan pengairan lagi.
Lahan diolah dengan sistem bedengan agar mempermudah dalam proses pengairan.
Jarak antara bedengan tergantung pada lokasi
lahan, kepekaan erosi tanah, dan erosivitas hujan. Semakin curam lahan tersebut,
semakin pendek jarak guludan, semakin peka tanah terhadap erosi semakin pendek
jarak lereng dan semakin tinggi erosivitas hujan, semakin pendek jarak
lereng.Pengolahan minimum yang dilakukan seperti mencangkul tanah dengan
kedalaman 15-20 cm pada lahan yang akan ditanami dan membersihkan gulma dan
sisa-sisa tanaman sebelumnya hanya pada lahan yang ditanami. Tanah diolah
dengan membuat alur-alur pada lahan yang akan ditanami. Lahan dibuat bedengan
untuk mempermudah pengairan dengan arah utara selatan. Jarak tanam jagung yang
digunakan adalah 75 cm x 30 cm.
Tempat-tempat seperti sawah mempunyai
kandungan air yang cukup tinggi, sehingga perlu dilakukan pembuatan saluran air
yang bertujuan untuk dapat menumbuhkan jagung. Tanah yang kandungan haranya
cenderung tinggi maka pengolahan lahan praktis harus dilakukan dengan baik
hingga menjadi gembur, sedangkan tanah berpasir atau ringan diperlukan
pengolahan tanah seperlunya saja, agar kandungan hara di dalamnya tidak mudah
larut
3)
Penanaman
Proses penanaman dapat dimulai setelah
proses persiapan lahan selesai. Penanaman jagung merupakan proses memasukkan
benih jagung ke dalam lubang tanam yang telah disiapkan. Penanaman jagung perlu
memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harapan produksi yang
diperoleh karena jagung akan diambil hasilnya. Faktor-faktor yang
perlu diperhatikan tersebut adalah:
a)
Waktu Tanam
Waktu penanaman yang sesuai dapat
menurunkan resiko kegagalan pada saat panen. Sesuatu yang
sekiranya menjadi kendala pada proses
pengelolaan tanaman hingga panen perlu mendapat perhatian, misalnya musim
tanam, kesulitan air, pengaruh hama yang menyerang tanaman jagung pada saat
tertentu.
b) Jarak
Tanam
Penggunaan jarak tanam yang sesuai
dapat meningkatkan hasil. Peningkatan populasi per satuan luas sampai
batas tertentu dapat meningkatkan hasil
biji, akan tetapi penambahan jumlah tanaman selanjutnya akan menurunkan hasil,
dikarenakan terjadi persaingan hara, air dan cahaya matahari, serta ruang
tumbuh tanaman. Penurunan jumlah biji per tanaman ini lebih besar dibandingkan
dengan penambahan jumlah tongkol dan berat biji, karena kerapatan tanaman.
Populasi tanaman sangat tergantung dengan jenis jagung yang dipakai, lingkungan pertumbuhan tingkat kesuburan tanah
dan distribusi curah
hujan atau ketersediaan air. Jarak tanam yang dipakai yaitu 75 cm x 30 cm.
c)
Cara Menanam Jagung
Proses penanaman jagung
yang biasa dilakukan oleh para petani pada umumnya menggunakan alat sederhana
yang dinamakan tugal. Tugal adalah alat semacam tongkat yang terbuat dari kayu
dan pada salah satu ujungnya dibuat runcing. Alat tersebut digunakan dengan cara ditugalkan
kedalam tanah sesuai dengan pengaturan jarak tanam tertentu dengan kedalaman
lubang 2-3 cm.
Kondisi benih yang
baik dan lingkungan yang mendukung, serta kelembaban dalam tanah dan suhu dapat mempengaruhi
perkecambahan. Kedalaman penanaman dan penutupan lubang sangat berpengaruh terhadap kecepatan perbenihan.Kedalaman lubang tanam harus diperhatikan agar proses perkecambahan tidak terhambat
dan tidak mudah rebah. Biji yang dimasukkan pada tiap lubang sebanyak sekitar 2
biji. Setelah itu tanah
ditutup kembali dan ditambahkan pupuk kandang atau kompos. Pengairan
dilakukan 2 hari setelah masa tanam.
4)
Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi kegiatan
penyulaman, penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman tidak dilakukan karena tanah yang
digunakan termasuk tanah yang basah. Selain itu, penyiraman jug telah dibantu
oleh turunnya hujan.
Penyulaman berfungsi untuk menggantikan
benih tanaman jagung yang tidak tumbuh dengan baik dengan benih tanaman jagung yang tumbuh baik. Pemupukan
dilakukan pada saat tanaman mulai tumbuh cukup besar. Cara pemupukan yang
digunakan yaitu pupuk langsung disebar di sekitar tanaman jagung. Jenis pupuk
yang digunakan adalah Urea dan juga ZA. Pemupukan tersebut dilakukan dengan
cara manual sehingga tidak memerlukan alat pertanian. Pemupukan berguna untuk
meningkatkan hasil produksi dan juga ketahanan terhadap penyakit.
Penyiangan dilakukan pada waktu tanaman berumur
14 HST, dengan membersihkan rumput atau gulma dengan menggunakan alat bantu
berupa cangkul dan sabit. Tidak ada hama dan penyakit yang terlalu berpengaruh
terhadap pertumbuhan jagung, sehingga tidak dilakukan penyemprotan dengan
pestisida. Jagung masih tetap tumbuh normal meski terdapat sedikit hama disana.
5)
Pemanenan
Tanaman jagung siap dipanen ketika
sudah mulai menguning dan buah jagung tumbuh besar dan berwarna kuning.
Kebanyakan pemanenan dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit.
Pemanenan dilakukan dengan cara memangkas pohon dari bagian bawah sampai
pangkal pohon. Lalu diikat, kemudian diangkut ke dalam truk untuk dijual.
Pemanenan dilakukan saat jagung berumur 3 bulan. Kondisi pohon saat panen
berwarna coklat
muda kering. Selain itu juga ditandai dengan biji yang sudah terisi semua dan
penuh. Klobot jagung dibuka saat masih dalam tanaman. Tanaman jagung disiangi
terlebih dahulu, kemudian baru dipanen. Panen tongkol umum dilakukan pada petani lahan
tadah hujan. Pemanenan tongkol pada lahan tadah hujan, kadar air biji
sudah agak rendah, yaitu 25-30%. Tongkol kemudian diangkut ke tempat
pengumpulan untuk diangin-anginkan beberapa saat, lalu dikupas, dan
dikeringkan. Batang tanaman ditebang untuk dijadikan pakan atau tetap
dibiarkan di lapang.
6)
Pengolahan Pasca Panen
Dalam pasca panen yang dilakukan adalah
mengolah hasil panen menjadi pakan ternak. Pengolahan biji jagung dengan
pemipilan. Pemipilan bertujuan untuk memudahkan biji jagung untuk diolah
menjadi pakan ternak. Selain itu hasil panen ada yang dimanfaatkan sebagai
bahan makanan.
Tujuan utama pengeringan adalah untuk
menurunkan kadar air agar memudahkan pemipilan dan meningkatkan daya simpan
biji jagung. Pengeringan adalah upaya untuk menurunkan kadar air biji jagung
agar aman disimpan. Kadar air biji yang aman untuk disimpan berkisar antara
12%-14%. Pada saat jagung dikeringkan terjadi proses penguapan air pada biji
karena adanya panas dari media pengering, sehingga uap air akan lepas dari
permukaan biji jagung ke ruangan di sekeliling tempat pengering.
Dari hasil pengamatan, hasil panen yang
diperoleh sebagian dijual kepada tengkulak. Jadi setelah panen, hasil panen
tersebut diangkut menggunakan truk. Bagian tanaman seperti daun, batang,
digunakan sebagai pakan ternak, sedangkan biji jagung atau tongkol akan diambil
bijinya lalu dikeringkan untuk dijual sebagai pakan burung dan juga dijual ke
konsumen dan terkadang untuk digunakan sendiri.
c.
Komoditas Kacang Tanah (Arachis hipogaea)
1)
Bahan Tanam
Pengamatan
budidaya kacang tanah dilakukan di lahan di lahan milik bapak Kamdi desa
Ngringo, Palur, Karanganyar.Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Bapak
Kamdi, biji kacang tanah didapatkan dari hasil panen sebelumnya. Sebelum
ditanam, biji tersebut diuji terlebih dahulu. Biji tersebut tersebut diseleksi
mana yang baik dan mana yang buruk. Biji yang baik cirinya adalah kulitnya
halus dan tidak keriput, berukuran lebih besar dan tidak ada salah satu bagian
permukaan yang cacat. Biji-biji yang telah diseleksi dikupas kulitnya dan
direndam dalam air selama kurang lebih sehari semalam. Kacang tanah tidak
membutuhkan adanya persemaian ataupun pindah tanam karena proses penanaman
langsung dilakukan pada lahan yang merupakan media tanam bagi tanaman kacang
tanah.
2) Pengolahan
Tanah
Pengolahan tanah dilakukan secara manual dengan
menggunakan cangkul. Pengolahan tanah dimulai 3 hari sebelum masa tanam. Pada
saat pengolahan tanah kondisi tanah dalam kondisi lembab. Pada saat
pencangkulan ditambahkan pupuk kandang dan pupuk SP36 sebagai pupuk dasar untuk
menunjang ketersediaan unsur hara bagi tanaman sehingga biji yang ditanam akan
lebih mudah untuk berkecambah.
3) Penanaman
Penanaman biji kacang tanah dilakukan secara langsung
tanpa melalui pindah tanam. Jarak tanam yang diterapkan sekitar 20 cm x 20 cm,
namun petani tersebut tidak menggunakan pengukuran yang pasti dalam penanaman
tersebut. Kacang tanah ditanam secara monokultur. Pada saat penanaman, dibuat
lubang tanam dengan cara digejog. Kemudian perlubang diisi 3 biji kacang tanah
yang telah disiapkan.
4) Pemeliharaan
Pemeliharaan kebun meliputi penyiangan, pemupukan
serta pengendalian hama dan penyakit. Penyiangan dilakukan pada saat tanaman
disekitarnya telah dipenuhi tumbuhan-tumbuhan liar yang dapat menggunakan
aktivitas pertumbuhan kacang tanah. Hama yang sering menyerang pada saat
budidaya kacang tanah sampai panen adalah rayap.
5) Pemanenan
Pemanenan dilakukan kurang lebih saat tanaman berumur 3
bulan. Pemanenan dilakukan secara serempak dalam satu lahan tersebut. Pada saat
pemanenan dibutuhkan pekerja sekitar 7 orang hingga 8 orang. Untuk memudahkan
dalam melakukan pembedolan pada saat pemanenan, 4 hari sebelum panen, tanah/air
diairi dahulu. Sehingga tanah menjadi basah dan saat dicabut tidak ada biji
yang tertinggal di dalam tanah.
6) Pengolahan
Pasca Panen
Pengolahan
pasca panen ini merupakan tahap akhir dari budidaya tanaman semusim kacang
tanah. Pasca panen pada kacang tanah ini meliputi; pengeringan, pengupasan biji
dari kulitnya, serta penyimpanan. Pengeringan dilakukan kurang lebih 4 hari.
Jika dalam kondisi yang terik, pengeringan akan lebih singkat. Berat polong
setelah pengeringan akan berkurang setengahnya. Pengeringan bertujuan untuk
mengurangi kandungan air, sehingga biji/polong dapat bertahan lama, kurang
lebih dapat disimpan selama 1 tahun. Hama gudang pada penyimpanan kacang tanah
yang sering ditemui adalah hama tikus. Kacang tanah dijual dalam bentuk polong
kering yang dijual dalam ukuran kilogram. Ada beberapa dari biji yang baik
disisihkan untuk ditanam pada musim berikutnya.
E.
Kesimpulan
dan Saran
1. Kesimpulan
a. Komoditas
Padi (Oryza sativa)
1) Benih
yang diguanakan pada lahan padi bapak Slamet yaitu benih padi 64 pp, yang
memiliki keunggulan bulir padi lebih besar dan nasi lebih pulen.
2) Kegiatan
budidaya tanaman semusim komoditas padi sudah memakai alat-alat yang modern
dalam pengelolaan tanah menggunakan cangkul dan traktor, penanaman masih
menggunakan tenaga manusia dalam proses pengolahan awal hingga pasca panen.
3) Pada
usaha pertanian khususnya pada komoditas padi, pengelolaan lahan sawah
dilakukan dengan sistem olah tanah maksimum untuk memperoleh sifat tanah yang
diinginkan oleh tanaman padi.
4) Proses
budidaya tanaman semusim antara padi, jagung, dan kacang tanah tidak terlalu
berbeda secara signifikan. Mulai dari pemilihan bahan tanam, pengolahan tanah,
penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen.
5) Pemanenan
padi menggunakan alat berupa sabit dan mesin tleser, panen dilakukan apabila
padi sudah berumur 105 hari, warna gabah kehijauan dan padi telah menguning.
6)
Pengolahan pasca panen dengan penjemuran gabah
untuk mengurangi kadar air padi.
b. Komoditas
Jagung (Zea mays)
1)
Bahan tanam yang digunakan oleh bapak Harto
Prayetnoadalah jenis p21 yang diperoleh dari toko.
2)
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan
traktor dan cangkul. Pengolahan tanah diawali dengan pembersihan lahan dari
sisa tanaman sebelumnya dan menggunakan jarak tanam 75 cm x30 cm.
3)
Pemeliharaan jagung meliputi pemupukan,
penyiangan, dan pengendalian hama dan penyakit. Pupuk yang digunakan adalah
Ureadan ZA. Pestisida tidak digunakan karenatidak ada hama yang begitu
berpengaruh terhadap pertumbuhan.
4)
Hasil
panen yang diperoleh sebagian dijual kepada tengkulak dan juga digunakan
sendiri.
c. Komoditas
Kacang Tanah (Arachis hipogaea)
1) Bahan
tanam yang digunakan oleh bapak Kamdiberasal dari bijikacang tanah diperoleh dari hasil panen sebelumnya yang beliau
tanam.
2) Kegiatan pengolahan tanah hanya
dilakukan 1 kali dalam 1 musim tanam yaitu sebelum ditanami. Tujuan pengolahan
tanah tersebut adalah untuk memperbaiki struktur tanah dan membersihkan gulma.
3) Pola tanam yang dilakukan semua
monokultur.
4)
Pengendalian
rayap dengan penyemprotan insektisida Agent 50 SC.
2. Saran
Saran yang
diberikan pada acara TBT Semusim ini yaitu sebaiknya, pelaksanaan praktikum ini
lebih awal dilakukan, sehingga praktikan bisa lebih mengetahui kegiatan petani
dari mulai persiapan lahan sampai pengolahan pasca panen.
DAFTAR PUSTAKA
Areas 2007. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Sapi dan Mikoriza Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L.) di Lahan Kering. Bogor : IPB.
Astawan M 2009.Panduan Karbohidrat Terlengkap. Jakarta:
Dian Rakyat.
Darrah L L M D
McMullen dan M S Zuber 2003. Breeding,
Genetics, and Seed Corn Production. Di dalam: White, P. J. dan L. A. Johnson
(eds.). Corn: Chemistry and Technology, 2nd edition. (Terjemahan). American
Association of Cereal Chemistry Inc., St. Paul, Minnesota, USA.
Djoko Mursito 2005. Journal Heritability and Path Analysis on
Phenotipic Characters of Glycine Max.(L.) Merrill. Vol. 6. No. 2.
Ekwasita Rini
Pribadi 2007. Jurnal Kajian Kelayakan
Usahatani Pola Tanam Sambiloto dengan Jagung. Vol. 13. No. 3.
Haneva Tessy 2012.
Evaluation Of The Application Of Agricultural Technologies In The Study Results
Bptp North Sumatera. Jurnal Ilmiah.
Vol. (3) (1).
Makarim AK dan E
Suhartatik 2009. Morfologi dan Fisiologi
Tanaman Padi. Iptek Tanaman Pangan. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.
Sukamandi.
Marzuki 2005. Metodologi Riset. Yogyakarta: Ekonisia
Noeriwan 2008.
Teknik Produksi Jagung Anjuran Di Lokasi Prima Tani Kabupaten Sumenep. Jurnal Teknik Pertanian. Vol. 13. No. 1.
Nulhakim Lukman
2009. Effect of Ground Nut Varieties and Sweat Corn Planting Time
through Intercropping System on Growth and Yield of the Two Plants.
Journal of Engineering. Vol. 3. No. 2.
Patiwiri AW 2006. Teknologi
Penggilingan Padi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Rahmawati Reni 2012.
Pengaruh Media Tanam terhadap Tanaman Jagung. http://renirahmawatii.blogspot.com/2012/01/makalah-biologi-umum.html. Diakses pada hari Senin, 15 Oktober2013
Suwardi 2002.
Prospek Pemanfaatan Mineral Zeolit di Bidang Pertanian. Ikatan Zeolit
Indonesia. Jurnal Zeolit Indonesia Vol. 1 (1): 5-12.
Yusuf 2010. Teknologi
Budidaya Padi sawah Mendukung Sl-PTT. BPTP Sumatera Utara.
Zakaria Sabaruddin
2009. Hubungan
Salinitas Dengan Viabilitas Benih Kacang Tanah. Jurnal Biodiversitas.Vol. 2. No. 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar